Jumat, 29 April 2011

Refleksi Buku Totto-Chan


                Awalnya saya merasa heran kenapa dalam mata kuliah Pengelolaan Kelas ada tugas yang mewajibkan membaca Buku Totto-Chan dan merefleksikannya. Tetapii setelah saya membaca buku Totto-Chan saya baru mengerti bahwa makna yang terkandung di dalam buku ini sangatlah berhubungan dengan mata kuliah pengelolaan kelas.
                Dalam buku ini diceritakan seorang murid kelas satu SD yaitu Totto-Chan, harus dikeluarkan dari sekolah karena sifatnya yang berlebihan daripada anak-anak lainnya. Bagaimana Ia memanggil pemusik jalanan untuk bermain musik dan berbicara kepada burung walet yang bertengger di samping kelasnya. Sampai akhirnya ia dikeluarkan dari sekolahnya. Kemudian ibunya memasukkan Totto-Chan ke Sekolah Tomoe Gakuen yang didirikan oleh Sosaku Kobayashi.
                Di sekolah yang baru Totto-Chan merasakan perbedaan yang sangat berarti dengan sekolah yang sebelumnya. Di Tomoe ruang kelas terdiri atas gerbong-gerbong kereta tua yang sudah tidak terpakai.  Susunan tempat duduk pun berbeda dari sekolah sebelumnya, di sini setiap murid bebas memilih tempat duduk yang mereka inginkan.
                Sekolah ini sungguh memberikan kebebasan kepada siswanya untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan. Setiap siswa bebas memilih pelajaran apa yang ingin mereka pelajari terlebihdahulu pada hari itu. Metode ini memudahkan guru untuk mengetahui bidang apa yang diminati muridnya, termasuk mengetahui karakter siswa. Siswa juga diberi kebebasan untuk kapan saja berkonsultasi dengan guru atau kepala sekolah kapan saja.
                Disekolah ini sungguh sangat berbeda dengan sekolah lain. Ketika makan siang, bekal yang dibawa haruslah “sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan”, ini dimaksudkan agar siswa makan dengan gizi yang seimbang. Kepala sekolah Tomoe Gakuen sangatlah brilian. Ia mengajarkan anak-anak Tomoe Gakuen kebebasan dalam hal yang wajar, yakni tidak melanggar peraturan. Kepala sekolah mengajarkan banyak sekali hal yang sangat berarti bagi siswanya.
                Dengan berenang tanpa mengenakan busana, kepala sekolah ingin mengajarkan bahwa semua tubuh itu indah. jika yang bertubuh cacat ikut berenang maka rasa malunya sedikit demi sedikit akan hilang. Selain itu kepala sekolah juga memotivasi siswa dengan selalu mengucapkan “Kau anak yang benar-benar baik, kau tau kan?”. Kepala sekolah juga berusaha menemukan hal alami dan mengembangkannya agar anak-anak dapat tumbuh dengan kepribadian yang khas.  
                Ketika dalam perjalanan piknik menuju sumber air panas dengan naik kereta Tokyo, semua murid bersikap baik. Tak ada yang berlari-lari di gerbong dan yang terdengar hanyalah percakapan perlahan antar teman yang duduk bersebelahan. Semua kegiatan di Tomoe sangatlah berkesan. Murid-murid diajarkan berbagai pengalaman yang sangat berarti dalam kehidupan mereka dengan cara yang menyenangkan.
                Buku Totto-chan memberikan banyak inspirasi bagi saya. Menjadi seorang Guru tidak hanya sebagai fasilitator siswa untuk mencapai tujuan belajar, tetapi Guru juga merupakan teman dan seorang sosok yang dapat membangunn karakter siswa dengan cara-cara yang menyenangkan. Selain itu, saya sebagai guru seharusnya membiarkan siswa melakukan apa yang mereka sukai dengan cara yang mereka sukai agar siswa berkembang sesuai dengan apa yang dimiliki dan yang mereka sukai. Selain membuat mereka nyaman, kecerdasan yang mereka miliki lahir dan semakin terasah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar